Wednesday, July 28, 2010

Thursday, July 22, 2010

Mengatasi Rasa Malas atau Penundaan

Satu hal yang paling menghambat perkembangan manusia untuk meraih
kesuksesan dalam hidup adalah senangnya mereka menunda sesuatu

Bahkan mereka lebih memilih, sampai keadaan kritis terlebih dahulu baru
bertindak , dan terkadang ini akan terlambat.

Coba Anda pikirkan jika Anda bisa Mengatasi Rasa Malas atau Penundaan , tentunya sekarang Anda sudah
terus bekerja keras meraih cita-cita atau impian Anda, sehingga kelak
nanti saat sudah sukses, Anda tidak akan terlambat saat orang tua Anda
ingin berobat, atau membayar biaya masuk sekolah anak Anda nantinya.
Atau bahkan untuk kebutuhan pribadi Anda sendiri, seperti membeli rumah

Belum lama ini TDWClub melalui salah satu penulisnya Tung Desem Waringin,
mengupas tentang 11 alasan mengapa seseorang menunda melakukan sesuatu
dan bagaimana caranya kita bisa menang terhadap hal tersebut, dalam eBook "How to Destroy Procrastination in Life BLUEPRINT".

Dan untuk kali ini, jangan Anda menunggu besok atau minggu depan, segera Anda
pelajari dan tuai keajaiban demi keajaiban dalam hidup Anda, karena Anda tidak
menunda dan terus bergerak maju untuk mencapai cita-cita Anda

Jangan menunda lagi sekaranglah saatnya Anda belajar Mengatasi malas dan menghilangkan penundaan !

follow facebook TDWClub : Facebook TDWClub
follow twitter TDWClub : Twitter TDWClub

Tuesday, February 09, 2010

Materi Kuliah ke-5 Wisata Hati oleh Ustadz Yusuf Mansur

Semua Ada Waktu, Semua Ada Akhirnya

Sebagaimana malam yang segera akan berakhir dan berganti dengan pagi. Segala sesuatu juga ada akhirnya. Termasuk segala permasalahan yang kita hadapi. Ia ada ujungnya. Amal saleh kitalah yang mempercepat perjalanan itu..

Ada kisah seorang ibu muda. Sebut saja T. Beliau memproses perceraiannya sejak tahun 2001. Gak selesai-selesai. Alih-alih berharap bisa bercerai cepat supaya bisa memulai hidup baru, eh malah beberapa ujian kehidupan muncul. Ibunya menyuruhnya bersabar. “Semua ada waktunya”, begitu nasihat ibunya.
Setelah sekian tahun, ia diberitahu ibunya agar bersedekah dengan apa yang ia punya. Sedekah yang besar. Bersedekahlah ia.
Dua tahunan terakhir, ia perbaiki hidupnya. Bila sebelumnya ia belum berjilbab, ia lalu berjilbab dan memperbanyak taubat. Ia usahakan sering mendatangi pengajian. Kegiatan-kegiatan sosial ia ikuti. Ia lupakan persoalan perceraiannya. Ia segarkan hidupnya dengan Karunia Allah yang lain. Dan memang, banyak manusia yang gara-gara secuplik drama kehidupannya yang tidak enak, lantas kemudian membuat matanya tertutup dari Karunia Allah yang sesungguhnya masih teramat besar. Kesusahan hidup, ga sebanding dengan Karunia Allah berupa “hidup” itu sendiri.
Dan akhirnya waktu yang ia tunggu, tiba. 2 tahun sejak ia bersedekah sesuatu yang besar, ia mendapatkan keputusan cerai. Sepertinya tiba-tiba, dan berproses dengan sangat mudah. Beda sekali dengan waktu-waktu sebelumnya.
Yang luar biasa, mantan suaminya ini memberinya uang yang sangat besar. Ia mengaku tersentuh dengan ketabahan mantan istrinya, dan ia meminta maaf tidak bisa mengurus anaknya. Sebagai kompensasinya, suaminya ini memberi uang nyaris 1 milyar dari hasil tabungannya pasca bercerai. Bukan harta gono gini. Mantan suaminya hanya minta diikhlaskan segala kesalahannya. Yang membuat ibu T ini agak berdebar dengan cara kerja Allah, mantan suaminya ini bercerita, tabungan yang nyaris 1 milyar tersebut adalah tabungan 2 tahun terakhir. Masya Allah, suaminya ini “bekerja” sebab diatur Allah. Yang mana hasil kerjaannya itu adalah buah sabar dan sedekahnya.
Dalam satu kesempatan, si ibu T ini bercerita, barangkali kalau dulu Allah mengabulkan kehendaknya, maka ia mendapatkan hak cerai, tapi tidak mendapatkan uang 1 milyar. Hari gini, uang 1 juta saja besar sekali, apalagi 1 milyar.
Saya mengatakan, ya, itulah buah dari dukungan ibunya, buah dari kesabarannya dan hasil kemudahan dan berkah dari sedekahnya… Dan benarlah juga keyakinan orang-orang tua dulu, kalau udah waktunya, ya waktunya. Sebagaimana orang-orang tua yang mengajarkan, kalau udah rizkinya, ya rizkinya.
Kadang saya berpikir ya, andai kita tidak melakukan banyak hal, asal kita perbaiki saja hidup kita, cara kita hidup, dan memaknai ulang hidup kita untuk lebih lagi beribadah kepada Allah dan bermanfaat untuk sesama, rasanya hidup kita akan benar dengan sendirinya. Keinginan kita juga akan terjawab dengan sendirinya. Dan masalah akan selesai dengan sendirinya.
Tapi ya setelah dipikir-pikir lagi, engga juga disebut “tidak melakukan apa-apa” bagi mereka yang memperbaiki dirinya. Karena itulah ikhtiarnya. Sama dengan ketika saya menyebut ikhtiar bagi mereka yang bermasalah adalah taubat dan memperbanyak amal saleh. Ada kemudian yang protes, harus tetap ada ikhtiarnya. Saya menyebut, sudahlah, ikhtiarnya ya itu: taubat dan amal saleh (memperbaiki shalat, menambah shalat-shalat sunnah, membaca al Qur’an, sedekah, dll). Sebab nyatanya, tidak gampang loh untuk bisa bertaubat dan beramal saleh. Kalaulah Allah tidak memudahkan jalan, maka jalan menuju pertaubatan dan amal saleh tidak akan mudah jalannya.
Belajar dari kasus perceraian berkahnya Ibu T di atas, apa kira-kira yang bisa dipetik oleh Para Peserta KuliahOnline? Ketika ceramah esai ini saya sampaikan langsung, ada yang bertanya, apakah bisa selesai dalam 2 tahun juga apabila Ibu T ini tidak melakukan sesuatu? Lalu yang bertanya ini menjawab sendiri, kayaknya engga ya? Barangkali sedekahnya itu yang mempercepat. Yang lainnya menjawab, keikhlasannya yang mempercepat. Sebab sebelumnya ia tidak ikhlas menerima perceraian itu. Dan yang lainnya itu menjawab, doa ibunya yang juga turut membantu percepatan perceraiannya dan kemudian juga mendapatkan berkah uang 1 milyar.
“Perjalanan waktu” bisa dipercepat atau menjadi lambat, salah satunya adalah karena keyakinan kita sendiri kepada Allah, dan amal keseharian kita. Hakikatnya, kalau kita selalu merasa ditemani Allah, maka sesungguhnya tidak akan pernah ada masalah buat kita. Bukankah yang kita cari di dunia ini adalah kedekatan diri dengan Allah? Kalaulah kita harus mendekatkan diri kita melalui pintu masalah, rasanya itulah berkah buat kita.

***
Tidak ada yang datang kepada Allah,
kecuali Allah pun datang kepadanya.
Ada yang berharap ketika ia datang kepada Allah, maka Allah betul-betul datang kepadanya. Datang dengan segenap pertolongan dan kebaikan Allah. Dan Allah pasti datang. Tapi memang Kehendak-Nya, bukan kehendak kita. Kita hanya bisa memohon, bukan memaksa. Kita hanya bisa meminta, bukan mengatur.
Selain Ibu T di atas, adalah Zaidi. Ia bercerita, ia tidak “nyampe-nyampe”. Ia mendekati Allah dengan harapan dan doa agar Allah mau membayarkan hutangnya. Segala riyadhah ia tempuh. Namun serasa tumpul benar. Maksudnya, hutangnya tetap ga kebayar-bayar. Sama saja seperti dengan tidak datang kepada Allah. Malah datang ujian-ujian baru kepadanya setelah sekian bulan mendisiplinkan riyadhah. Seakan-akan membenarkan pandangan bahwa kalau mendekatkan diri kepada Allah, ujiannya akan banyak.
Zaidi bertanya seperti yang lain bertanya: Koq mengapa tanda-tanda bisa kebayar hutang belum muncul juga? Koq ujian hidup bertambah berat? Koq Allah kayak mengabaikan dia?
Saya menyodorkan beberapa jawaban.
Pertama, Allah sedang berkenan menyegerakan segala akibat buruk, dengan jumlah takaran yang sebenernya sudah dikurangi jauh dari yang semestinya diterima. Biar bagaimana, akibat buruk harus diterima. Inilah keadilan-Nya. Jika tidak mau akibat buruk diterima setara dengan keburukan yang harus diterima, maka bertaubat adalah jawabannya. Taubat yang sempurna. Yang serius. Juga amal salehnya harus hebat. Kalau tidak setara, tetap harus ada yang dibayar.
Yang begini ini, kurang disadari oleh seseorang. Katakanlah ia pernah berzina. Sedang berzina itu “kontrak susahnya” harus 40 tahun. Atau malah katakanlah ia berzina dalam keadaan ia menjadi suami atau istri dari seseorang. Hukumannya bagi yang berzina dan ia dalam keadaan menikah, adalah hukuman mati. Bayangkan jika sebenernya Allah masih kasih ia kehidupan. Andai pun sepanjang hidup ia pakai untuk pertaubatan, dan penderitaannya ia terima sebagai satu kepatutan yang menggugurkan dosanya, adalah wajar juga kayaknya. Dan itulah Allah. Allah Maha Pengasih Maha Penyayang. Ia hukum hamba-Nya dengan memperhatikan segala kebaikan diri orang itu dan diri orang-orang di sekeliling orang itu. Ada yang Allah ringankan sebab ia punya anak yatim. Ada yang diringankan sebab ia pernah membantu seseorang. Ada yang diringankan sebab istrinya mendoakan tanpa henti. Ada yang diringankan sebab orang tuanya senantiasa memanjatkan doa untuknya. Ada yang diringankan sebab anaknya sedang menuntut ilmu. Dan banyak lagi pertimbangan Allah yang tidak kita mengerti kecuali hanya dengan jalan husnudzdzan kepada-Nya. Baik sangka kepada-Nya.
Maka jawaban yang berikutnya dari pertanyaan Zaidi di atas adalah justru seputar dosanya sendiri. Bagaimana dosanya dia sebelum akhirnya kemudian berjalan menuju Allah, menuju pertolongan-Nya? Tanyakan dengan jujur. Bila memang dosanya banyak sekali, ya wajar saja kan? Ibarat tagihan dari amal keburukan, amal-amal kebaikan kayaknya buat bayar dulu keburukan-keburukan yang ia lakukan selama itu.
Bisa juga dikaitkan bahwa Allah Maha Tahu. Nikmatin saja dulu “kedekatan” diri dengan Allah, dan pembiasaan ibadah tersebut. Jangan-jangan, kalau Allah mempercepat ia selesai dari masalah, malah nanti ga bisa istiqamah lagi ibadahnya. Keburu sibuk lagi, dan keburu lupa lagi. Akhirnya, malah bermasalah lagi.
Anggap saja, ibadah dan disiplin ibadahnya ini sebagai latihan keistiqamahan. Apabila nanti hutangnya sudah terbayar, atau ia sudah kembali menjadi pengusaha yang sakses, ia bisa tetap memelihara dhuhanya, bisa memelihara sunnah-sunnah qabliyah ba’diyahnya, bisa memelihara seluruh amalan-amalan wajibnya. Hingga ia bisa menempatkan Allah jauh di atas dunia yang ia cari, yang ia kumpulkan. Ini kan jadi semacam Training-Camp buat dia.
Belum lagi soal bala, soal keburukan, dan soal kematian, andai ini bisa dijadikan jawaban yang ketiga. Maksudnya, harusnya ia keluar dari masalahnya, hidup enak dan bahagia dengan amal-amal salehnya. Namun, ia berumur pendek, dan ada bala yang lebih besar yang bakalan datang. Lalu dua hal ini dihapuskan oleh Allah. Bila menyadari hal ini, tambahin saja lagi load kebaikannya. Jangan ragu menambah vomue ibadah. Makin kenceng ujiannya, makin kenceng ibadahnya. Makin keras angin masalah yang menerpanya, makin sungguh-sungguh ibadahnya. Jangan justru malah surut.
Jawaban yang ke-empat, ada derajat yang lebih tinggi yang Allah siapkan untuk dirinya. Ya, banyak yang lebih naik kehidupannya setelah kesusahan demi kesusahan ia alami. Ada lebih banyak karunia Allah yang bakal diterima setelah kesulitan hidup yang dihadapinya. Saya pribadi menyadari bahwa sungguh, ada karunia Allah yang teramat besar di balik segala rupa kesulitan dan permasalahan hidup yang dihadapi. Pada permulaannya, ia hanya butuh keikhlasan menerima hidup ini apa adanya, memperbanyak syukur, berpikir positif, dan kemudian menumbuhkan iman dan memperbanyak amal saleh.
Dunia, bila terlalu dikejar, juga tidak akan mampu memberikan apa-apa. Dan lagian, setiap perjalanan, termasuk perjalanan mencari solusi, pasti ada akhirnya. Insya Allah jawaban akan Allah berikan. Baru saja beberapa bulan kan? Belum beberapa tahun? Atau katakanlah, baru beberapa tahun. Belum bertahun-tahun. Sedang kalau kita ingat dosa kita, sudah berapa tahun kita kerjakan? Jangan-jangan sepanjang kita hidup, mulai dari akil baligh sampe sekarang ini, hidup kita banyak bener dosanya. Belum sebanding sama amalan ibadah kita.
Percayalah, setiap perjalanan ada akhirnya. Hanya karena bebannya berat saja, perjalanan kita cenderung seperti lambat. Tapi, lambat pun, tetap berjalan. Sesungguhnya tidak diam di tempat. Asal kita terus berjalan. Tidak berhenti.
Sekali lagi, kejar saja perjalanan waktu dengan amal saleh, dan tetap husnudzdzan kepada Allah. Tetap positif kepada Allah.
Sampe ketemu di esai perkuliahan tauhid berikutnya. Kepada Allah juga kita memohon agar Allah bukakan terus mata hati kita tentang Kebesaran dan Kekuasaan-Nya. Baarokawloohu lanaa. Amin.

Monday, February 01, 2010

Materi kuliat tauhid ke-4 wisata hati oleh Ustadz Yusuf Mansur

Amal Tabungan

Bagi yang cepat dikabulkannya, barangkali sebab ia sudah punya duluan amal tabungannya, hingga kemudian Allah menganggapnya cukup amal untuk hajat yang diinginkannya.
Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah. 3 esai sudah Saudara-saudara semua pelajari. Ada yang barangkali berkernyit, “Koq belajarnya se-emprit se-emprit, sedikit sedikit?”. Ada yang merasa sedang diburu waktu, lalu karenanya dia memilih materi Kuliah Terapan Sedekah. Dan karena pintu materi itu masih ditutup kecuali menyelesaikan Kuliah Tauhid ini dulu, mereka tidak bisa mengakses dulu Kuliah Terapan tersebut. Ada yang enjoy saja dengan cara penyajian yang seperti ini. Ga masalah. “Memang belajar itu mesti pelan-pelan”, begitu kata sebagian yang setuju.
Lepas dari itu semua, saya meyakinkan diri saya, kawan-kawan Pengelola KuliahOnline, dan peserta semua, bahwasanya sungguh, jika Kuliah Tauhid ini saja diikuti, diresapi, dan dijalankan pelan-pelan, insya Allah Kuliah Tauhid ini sudah lebih dari cukup.
Insya Allah sedang dalam proses editing audio penyerta yang berjudul: “Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah? Audio tausiyah pencerahan ini merupakan rekaman ketika saya berceramah di perusahaan Toshiba – Tambun. Saat itu ada satu unitnya yang mau ditutup, dan adik saya ada di sana. Bahagian dari salah satu karyawan yang menghadapi kemungkinan PHK.
Karyawan-karyawannya gelisah. Lalu mereka dikumpulkan serikat pekerjanya, dikumpulkan kawan-kawan Rohis nya, untuk diadakan semacam pencerahan agar tidak gelisah, tidak khawatir dan tidak takut. Dan sebaliknya, bersemangat untuk berdoa agar Allah memberikan Petunjuk-Nya dan Pertolongan-Nya.
Alhamdulillah, saat itu saya datang. Saya memberi materi Kuliah Tauhid. kuliah Iman. Saya yakinkan diri mereka semua, bahwa rizki itu bukan di tangan manusia. Bukan sebab mereka bekerja. Bukan sebab perusahaan itu beroperasi. Tapi lebih karena Allah mengizinkan semua itu terjadi. Bagi mereka yang sudah percaya bahwa Allah yang ada di balik semua kejadian, gampang. Tinggal datang kepada Allah, mengaku salah atas setiap perbuatan yang mengakibatkan ada nikmat-nikmat-Nya yang ditarik-Nya kembali, dan memohon ampun seraya berharap ada Keajaiban Allah dalam kehidupannya. File audio tersebut saya sertakan untuk Saudara-saudara semua. Mudah-mudahan selesai dalam 2-3 hari ke depan.
Dan kali ini, saya minta komentar dari peserta semua tentang 3 esai Kuliah Tauhid pendahuluan, termasuk esai yang sekarang ini. Silahkan diimel di imel nya Web Admin KuliahOnline. Atau, dibawa pas ketemuan darat (kopi darat) di Sekolah Daarul Qur’an Internasional di Kampung Ketapang. Sedianya tanggal 30 besok, sore, jam 16.00 ketemuannya. Bawa dah. Untuk sama-sama menjadi bahan pembelajaran. Komentari, kasih catatan-catatan, dan kita diskusikan bersama.
Ketika nanti saudara-saudara mendengar audio tausiyah yang berjudul: “Kenapa Harus Khawatir Padahal Ada Allah?”, Saudara akan mendengar pembahasan Kuliah Tauhid, Kuliah Iman. Saya berdoa semoga kita semua menjadi yakin bahwa HANYA ALLAH YANG MENGATUR SEGALA-GALANYA dan DIA BEGITU KUASA UNTUK MENGATUR YANG TERBAIK UNTUK SEGALA URUSAN KITA.

***
Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia. Sesuai dengan janji dari ujung esai yang sebelumnya, bahwa kita akan membahas sedikit dari lanjutan kisahnya Ibu Yuyun. Yang lupa bagaimana kisahnya, lihat lagi ya kisah Bu Yuyun tersebut. Bahwa ia dalam satu malam bisa mendapatkan solusi bagi putranya yang mau masuk ke perguruan tinggi.
Buat saya, menarik sekali membahasa kisah tersebut. Kalau cerita itu saya penggal hanya di hari itu, maka kesannya memang adalah doanya Bu Yuyun DIKABUL ALLAH DALAM SEHARI SEMALAM.
Ya, sorenya Bu Yuyun menerima khabar bahwa anaknya lulus. Lalu malamnya bangun malam bersama anaknya. Kemudian besoknya Allah menurunkan pertolongan lewat seorang paman yang menanggung biaya anaknya Bu Yuyun yang tidak lain adalah ponakannya.
Terlihat sangat Kun Fayakuun ya? Satu malam jadi. Satu malam selesai.
Jawabannya, bisa ya bisa tidak.
Bisa ya, sebab kita lagi belajar nih bahwa Allah itu Begitu Kuasa. Jangankan hitungan jeda satu malam. Tanpa ada jeda pun Allah bisa. Namun bukan belajar namanya kalau kita tidak mengupas lebih jauh lagi.
Coba lihat detail cerita sebelumnya:
Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia tidak sendirian dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. Allah selalu menemaninya. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup.
Lihat, nampak Bu Yuyun datang ke Allah, jauh-jauh hari sebelum anaknya dinyatakan lulus. Bukan baru malam itu saja ia datang ke Allah. Sekali lagi, dari jauh-jauh hari.
Kita buka lagi lembaran esai kuliah sebelumnya yang belajar dari kisah Bu Yuyun. Saya kembali menukilkan sedikit:
Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang.
Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah.
Dan ini yang kita perlu belajar. Bu Yuyun mendatangi Allah sejak pagi-pagi ia mendapatkan masalah. Bahkan, sebenernya, jauh sebelum ia menghadapi persoalan biaya masuk anaknya ke perguruan tinggi ini, ia sudah berangkat menuju Allah. Ya, ia berdoa dan menitipkan kejadian-kejadian rizki di masa yang akan datang, sedari awal.
Bu Yuyun juga punya tabungan yang banyak sekali. Sementara insya Allah kalau melihat kepribadian dari story singkatnya, ia kelihatannya ibu yang salehah, yang sedikit dosanya.

***
Beda Bu Yuyun, beda pula dengan kita. Kebanyakan kita, mendatangi Allah, setelah kita mendapatkan masalah. Atau ketika kita ada keperluan. Meskipun mendatangi Allah, atau mendekatkan diri kepada Allah lewat pintu ini – pintu masalah dan hajat – adalah diperbolehkan (bahkan dianjurkan), namun sering membuat tauhid orang suka rusak.
Rusak bagaimana? Andai Allah tidak segera mengabulkan, maka ia akan putus asa. Ia cenderung marah-marah, dan bahkan tidak sedikit menyalahkan orang yang menasihatinya.
Saya sering juga “disesali” orang. Ketika saya suruh seseorang bersedekah, lalu ia bersedekah di pertemuan pertama, dan ia tidak mendapati pertolongan Allah segera datang kepadanya, saat itulah tidak sedikit saya kemudian “disesali” oleh orang tersebut. Bahkan tidak jarang saya “diadili” dan “dipergunjingkan”. Padahal andai ia terusin ngajinya, ia lengkapi lagi pengetahuannya, dan ia sabarkan dirinya, insya Allah sedekahnya akan bekerja, ibadahnya akan bekerja.
Dengan belajar esai-esai Kuliah Tauhid, saya kepengen kita semua bergerak menuju Allah. Tidak ada yang pernah terlambat mendatangi Allah, hingga ia meninggal dunia. Sedang, meskipun sudah meninggal dunia, Allah masih berbaik-baik sama kita, dengan terus menyuburkan amal kebaikan kita ketika di dunia hingga saatnya nanti kita dihadapkan dengan Hari Hisab.

***
Sebagai penyerta KuliahOnline, saya sertakan juga Program Riyadhah 40 Hari. Semacam pesantren personal bagi setiap individu yang bertujuan menjaga rutinitas/keistiqamahan ibadah selama 40 hari. Insya Allah akan diberitahu di esai-esai berikutnya. Tunggu saja.
Nah, kelak, bagi yang ikut serta Program Riyadhah 40 Hari, saya betul-betul meminta jamaah yang ingin ikut, membuka diri akan Kebesaran Allah, dan masuk ke program riyadhah dalam kepercayaan penuh dan masuknya juga dengan kekuatan penuh. Namun, sebelum itu, saya meminta kawan-kawan shalat taubat dulu seraya memohon ampun atas segala kesalahan yang barangkali belum sempat dimintakan ampunannya kepada Allah.
Sungguhpun demikian, tidak sedikit juga yang kemudian tidak menampakkan hasilnya, walaupun ia sudah menyelesaikan riyadhah di hari ke-40 nya. Dan sebaliknya, banyak juga yang kemudian mendapatkan berkah padahal ia belum menyelesaikan riyadhahnya. Mengapa? Banyak jawabannya. Dan insya Allah di lembaran-lembaran setelah lembaran ini, satu demi satu akan terkuak dengan izin-Nya.
Oh ya, barangkali ada yang ga paham apa itu riyadhah ya? Riyadhah itu exercises. Latihan-latihan. Latihan apa? Latihan ibadah. Ditulis, dicatet, dan dilihat detail eksekusi ibadahnya satu demi satu, hari demi hari, sampe hari ke-40. Dimulai dari tahajjudnya jam berapa? Berapa rakaat? Witirnya ada apa engga? Istighfar di waktu sahurnya? Baca Qur’an di penghujung malamnya? Shubuhannya di masjid apa engga? Dan amalan-amalan yang diperlukan cek-lis nya secara jujur. Mirip seperti anak SD yang membawa buku Ramadhan yang harus ditandatangani oleh ustadz-ustadznya.
Namun satu hal yang saya mau jadikan pembelajaran buat diri saya pribadi. Bahwa ketika saya pribadi masuk dan mendekatkan diri kepada Allah, saya kudu sadar, saya pun lama sekali meninggalkan Allah atau lama sekali tidak memperhatikan Allah sepenuh-penuhnya perhatian. Lalu, masakan ketika baru masuk sudah mau minta diperhatikan dan dijawab? Riangkan hati, bahwa mendekatkan diri saja kepada Allah, sudah merupakan satu keberuntungan.
Sampe ketemu di esai berikutnya. Kita berdoa untuk diri kita, keluarga kita, dan bangsa kita, agar hanya Allah saja yang menjadi Tuhan kita. Jangan ada yang lain. Dan agar kita menjadi hamba-Nya yang baik, yang ringan mengerjakan amal saleh, berilmu dan bagus keyakinan dan imannya kepada Allah.

Friday, January 29, 2010

Materi kuliah tauhid ke-3 wisata hati oleh Ustadz Yusuf Mansur

Allah Sebagai Pusat

Orang-orang yang mengenal Allah dan meyakini-Nya, insya Allah akan tenang hidupnya, jauh dari kekhawatiran, jauh dari kegelisahan.
Bu Yuyun, sebut saja begitu, punya anak semata wayang yang ia besarkan tanpa suami. Sejak putranya ini masuk SMA kelas 1, suaminya meninggal. Dari hari ke hari ia kuatkan batinnya bahwa ia TIDAK SENDIRIAN dalam membesarkan anaknya. Ia bersama Allah. ALLAH SELALU MENEMANINYA. Ini yang ia yakini. Saban shalat ia berdoa agar diberi kemampuan membesarkan anaknya dan memiliki rizki yang cukup. Ya, bener loh. Hampir saban shalat.
Saya banyak belajar dari Bu Yuyun ini. Ketika banyak orang gelisah, ia hidup tenang. Sebab ada Allah di hatinya, ada Allah di pikirannya. Ketika banyak orang ketakutan dan risau dengan dunianya, ia tenang-tenang saja. Persis seperti meja, yang begitu tenang sebab memiliki empat kaki yang kuat yang menopang keberadaannya. Hidupnya begitu santai. Dan ini yang menjadikannya lebih kaya ketimbang orang yang kaya tapi hidup selalu penuh dengan kekurangan.
Sebagai ikhtiar dunianya, ia membuka jahitan rumahan. Ia bertutur, selalu ada saja pelanggan di saat yang tepat ia membutuhkan rizki. Sudah diatur Allah, begitu katanya.
Sejauh ini, aman-aman saja.
Sampe kemudian anaknya ini pergi hari itu untuk melihat kelulusannya; masuk atau tidak ia ke perguruan tinggi yang ia idam-idamkan.
Bu Yuyun berdebar-debar. Ia tahu, kalau anaknya lulus, ini masalah buat dirinya. Kalau anaknya tidak lulus, pun masalah buat dirinya juga. Tentu saja ia senang dapat masalah dalam bentuk anaknya lulus. Masalahnya tentu saja apalagi kalau bukan uang kuliah anaknya. Tapi segera ia banting sesuai dengan pengalamannya selama ini. Ada Allah Yang Maha Memberi Rizki. Dan ini yang membuatnya tenang.
Ia kenal dengan Allah, bahwa Allah selama ini senantiasa mencukupkan rizki buat dirinya dan anaknya.
Ia tahu bahwa Allah Maha Tahu bahwa ia sedang membesarkan anaknya. Dan Allah pun tahu bahwa hari ini akan ada khabar tentang nasib anaknya. Kondisi ini sudah ia sampaikan ke Allah jauh-jauh hari, bahwa ia butuh biaya buat anaknya lulus. Dia yakin, Allah pasti akan memenuhi kebutuhan anaknya, dan atau memberikan yang terbaik. Ia malah bersemangat sekali untuk menambah kedekatan dirinya dengan Allah. Sekali lagi, ini yang membuatnya tenang.
Dan memang Allah Maha Mengatur. Sehari setelah anaknya dinyatakan lulus, Allah kirimkan paman anaknya ini, alias adik almarhum suaminya. Hari itu, beliau berkunjung silaturahim. Dan Allah alirkan rizki untuk anaknya, lewat pamannya ini. Bukan hanya untuk uang masuk kuliahnya saja, tapi juga untuk biaya kuliah secara keseluruhan.
Semoga saya bisa belajar lebih banyak lagi dari Bu Yuyun ini.
I’m coming ya Allah. Saya datang kepada-Mu ya Allah. Semestinya, dengan banyaknya masalah dan hajat saya, saya lebih bersemangat lagi dan tanpa lelah mendatangi-Mu dan memohon pada-Mu.
Bolehlah dibilang bahwa hidup ini harus punya keyakinan terhadap Yang Kuasa. Tanpa ini, akan lemah sekali kita menjalani hidup ini. Dan untuk memiliki keyakinan, buka diri buka hati untuk menerima ilmu dan pengajaran tentang keyakinan. Kita sama-sama meminta kepada Allah agar Allah betul-betul membukakan mata hati kita bukan saja untuk mengenal-Nya, tapi juga untuk meyakini-Nya; yakin akan Kebesaran-Nya, yakin akan Kekuasaan-Nya. Kita butuh Allah. Dan senantiasa akan selalu butuh Allah. Maka bertuhanlah Allah. Sebener-benernya pertuhanan. Supaya Allah betul-betul menjaga kita, menolong kita, dan menyediakan apa-apa yang kita perlukan yang kita butuhkan. Jangan sampai kita hidup seperti tidak punya Allah. Allah Maha Memberi Rizki, tapi hidup kita susah. Allah Maha Menolong, tapi setiap ada hajat dan masalah, selalu merasa mentok. Kalo bahasa saya mah, Allah dianggurin. Alias “dibikin nganggur’, sebab jarang kita deketin, jarang kita mintakan bantuan-Nya.
Insya Allah doa bi doa. Saya mendoakan Anda semua, dan Anda juga doakan saya. Supaya Allah betul-betul hadir di kehidupan kita dan berkenan hadir di kehidupan kita.
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu".
Kami-lah Pelindungmu di dunia dan di akhirat; Di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan apa yang kamu minta.
Sebagai hidangan (bagimu) dari Tuhan Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (Qs. Fushshilaat: 31-32).
***
Ada baiknya peserta KuliahOnline mempelajari sedikit kisah Bu Yuyun ini, pelan-pelan. Betul-betul diresapi. Kenapa ada orang yang begitu dimudahkan urusannya sama Allah, dan mengapa ada yang sepertinya diblok, dipersulit oleh Allah. Saya meminta Saudara-saudara semua bersabar, mempelajari Kuliah Tauhid ini mahlan mahlan, pelan-pelan. Sebab setelah Kuliah Tauhid ini Saudara akan ngebut belajar tentang sesuatu yang membuat Saudara-saudara semua ada percepatan di semua urusan. Termasuk di urusan mengubah hidup, memperbaiki hidup, dan di urusan pencarian solusi buat permasalahan kehidupan yang sedang dihadapi. “Ilmu instan” ini akan bahaya di kedepan harinya, manakala Saudara-saudara tidak punya basic tauhid yang bagus. Saya tidak terlalu perduli omongan kawan-kawan pengelola Kuliah Tauhid yang mengatakan, ada baiknya memberi banyak pelajaran buat kawan-kawan peserta KuliahOnline agar banyak yang didapat. Saya tidak perduli. Saya bahkan ketika belajar, dapat jauh lebih sedikit ketimbang ini.
Pernah satu ketika saya datang ke seorang ulama. Saya mengadu tentang masalah saya kepadanya. Meminta nasihat darinya. Saya datang dari jam 20 malam. Sampe jam 00 saya belum juga dipanggilnya. Boro-boro diajak bicara. Disuruh mendekat pun tidak. Di awal sih saya diajak bicara. Tapi bicaranya ketus sekali, “Koq datang lagi?!!!”. Saya jawab, “Ya, sebab masalahnya beluman selesai”. “Ya sudah, tunggu sana”, katanya, sambil menunjuk satu sudut teras majelisnya.
Saudara-saudaraku Peserta KuliahOnline, saya kemudian menunggu dengan sabarnya. Tapi ga urung saya gatel juga untuk tidak bertanya. Saya bertanya, “Kyai, sudah jam 12 (malam), kapan saya dikasih kesempatan bicara?”. Waktu itu saya lihat tamunya tinggal sedikit. Saya berharap saya bisa nyelang walo sebentar.
Ternyata saya salah. “Yang nyuruh situ dateng siapa?”
“Ga ada. Saya sendiri”.
“Ya sudah, tunggu saja!”.
Wah, andai tidak ada husnudzdzan, baik sangka, niscaya saya sudah kesal bukan kepalang. Saya tentu akan mengatakan kepada Kyai ini, tidak menghargai tamu. Tapi ya itu. Saya menerima apa kata guru, dan saya memilih menerima perlakuan guru.
Kira-kira jam 01-an, mendekati jam 02 pagi, saya baru dipanggilnya.
Beliau lalu bertanya, “Tahu IBM ga?”
Sungguh pun saya tahu, tapi saya bingung. “Apa urusannya dengan masalah saya tuh IBM?”, tanya saya. Tentu saja dalam hati. Saya ga berani bertanya langsung. Akhirnya saya jawab singkat saja, “Tahu, Kyai”.
“Nah, IBM itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah hutang elu yang segede gunung, kempes dah!”.
Kejadian dialog ini terjadi sekitar tahun 2003. Kyai Betawi ini memang kerja di Perusahaan Asing. Perusahaan Perancis.
Sumpah. Saat itu saya merasa Kyai saya akan memberi saya sesuatu yang gimanaaa gitu. Sesuatu yang BESAR yang bakal instan membuat saya selesai masalah saya. Sim Salabim. Begitu saya pikir. Ternyata saya tidak sepenuhnya benar. Malah, sempat berkernyit dan tertawa kecil.
Kyai tersebut masuk ke dalam rumahnya, dan sejurus kemudian keluar lagi membawa DUA PENTOL KOREK API. Dua korek api itu dilempar ke arah saya. “Nih pake nih...”, katanya. Ngasihnya bener-bener dilempar. Sebab beliau ngasih sambil berdiri. Sedang saya duduk di bawahnya. “Itu korek api, VPN buat elu. Pake tuh yang bener. Udah gih dah, pulang!”.
Saya pulang akhirnya. Kurang lebih 6 jam saya menunggu, hasilnya 2 korek api saja!
Menggerutu ga saya? Ntar dulu. Saya berpikir bahwa saya barangkali belajarnya kudu sedikit demi sedikit. Tapi apa ya maksudnya?
Pelan-pelan saya pikirkan. Hingga akhirnya saya mengaitkan dengan kalimatnya tadi:
“Nah, IBM itu punya VPN, Virtual Private Network, jaringan jalur khusus. Ntar gue kasih VPN buat elu yang bisa jadi jalur khusus elu berdoa kepada Allah. Insya Allah hutang elu yang segede gunung, kempes dah!”.
Saya akhirnya mampu mengkorelasikan 2 korek api yang nyaris tanpa kata-kata itu dengan kalimat singkat Kyai. Rupanya saya disuruh bangun malam. Jangan banyakin tidur. Bagaimana-bagaimananya dengan 2 korek api ini, saya bahas di Kuliah Pilihan tersendiri yang judulnya: Rahasia Angka 11. Silahkan dah nanti login di sana, setelah KuliahOnline 41 esai ini selesai.
Satu hal yang mau saya kata, adalah sabar. Belajar itu harus sabar. Kita sama berdoa kepada Allah, agar Allah betul-betul berkenan memberi kita ilmu yang bermanfaat dunia dan akhirat. Sesuatu yang sedikit yang diberi-Nya manfaat dan ada ridha-Nya, niscaya menjadi sesuatu yang betul-betul berpengaruh positif bagi hidup kita. Wallaahu a’lam.
Ok, sampe ketemu dengan materi besok. Besok saya akan tambahin dengan pelajaran di balik Kisah Bu Yuyun, termasuk kenapa koq sepertinya bisa “satu malam”?
Saya mohon maaf atas semua kesalahan saya dalam memberikan pengajaran. Mudah-mudahan Saudara-saudara memaklumi cara saya mengajar ini. Sekali lagi saya berdoa mudah-mudahan segala biaya, waktu, energi Saudara dalam mengklik website ini menjadi amal ibadah dan dihitung sedekah Saudara. Sampaikan ilmu ini kepada sebanyak-banyaknya orang. Tapi sarankan kepada mereka semua, agar mengikuti saja KuliahOnline ini secara langsung, mandiri, agar ada keberkahan lebih banyak buat semua yang terlibat.
Insya Allah tanggal 30 sore saya mengagendakan ketemuan darat (kopi darat), sekaligus syukuran KuliahOnline ini. Insya Allah akan diberitahukan lebih lanjut oleh Web Admin dari KuliahOnline ini. Salam dan doa saya untuk Saudara-saudara semua. Mohon doanya ya. Waktu saya susun dan edit esai kuliah ini, saya sudah mau jalan ke rumah sakit. Bayi saya masih dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita. Mudah—mudahan Saudara-saudara tergerak memberikan doa buat kami semua. Terima kasih ya.

Wednesday, January 27, 2010

“TUHAN SEMBILAN SENTI”

(Puisi Taufik Ismail)

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat
siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok

Di sawah petani merokok, di pabrik pekerja merokok, dikantor pegawai merokok, di kabinet menteri merokok, di reses parlemen anggota DPR merokok, di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok, hansip-bintara-perwira nongkrong merokok, di perkebunan pemetik buah kopi merokok, di perahu nelayan penjaring ikan merokok, di pabrik petasan pemilik
modalnya merokok, di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'IM
sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi
orang yang tak merokok

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah. Ada guru merokok, di kampus mahasiswa
merokok, di ruang kuliah dosen merokok, di rapat POMG orang tua murid
merokok, di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada
buku tuntunan cara merokok, di angkot Kijang penumpang merokok, di
bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok, di
loket penjualan karcis orang merokok, di kereta API penuh sesak orang
festival merokok, di kapal penyeberangan antar pulau penumpang
merokok, di andong Yogya kusirnya merokok, sampai kabarnya kuda
andong minta diajari pula merokok

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok

Rokok telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru,
diam-diam menguasai kita

Di pasar orang merokok, di warung Tegal pengunjung merokok, di restoran, di toko buku orang merokok, di kafe di diskotik para pengunjung merokok

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan abab rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita
di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan
hidungnya mirip asbak rokok

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling
menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok,
di kantor atau di stopan bus, kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin
paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun
asap tembakau itu, bisa ketularan kena

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok, di apotik yang antri obat
merokok, di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok, di ruang tunggu
dokter pasien merokok, dan ada juga dokter-dokter merokok

Istirahat main tenis orang merokok, di pinggir lapangan voli orang
merokok, menyandang raket badminton orang merokok, pemain bola PSSI
sembunyi-sembunyi merokok, panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium
kaki sponsor perusahaan rokok

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil 'ek-'ek orang
goblok merokok, di
dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok, di
ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang
goblok merokok

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu- na'IM sangat
ramah bagi
orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak
merokok

Rokok telah menjadi dewa, berhala, Tuhan baru,
diam-diam menguasai kita

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat
merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap. Haasaba, yuhaasibu, hisaaban. Bukan ahli
hisab ilmu falak, tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip
berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan
kalung tasbih 99 butirnya

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak
kebanyakan
mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma
sedikit yang memegang
dengan tangan kiri. Inikah gerangan pertanda yang
terbanyak kelompok
ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus
syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu'ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii'atun bi mukayyafi al hawwa'i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu
'alayhimul
khabaaith. Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena
pada zaman
Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi,
tapi belum ada
rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama. Tapi jangan karena
ustadz ketagihan
rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar
perbandingan ini. Banyak
yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang
kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka. Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka
berfikir. Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin
pengap, Dan ada yang
mulai terbatuk-batuk

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak
tadi pagi sudah
120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit
rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu
lintas, lebih
gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan
longsor, cuma setingkat
di bawah korban narkoba

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil
itu sangat
berkuasa di negara kita, jutaan jumlahnya, bersembunyi
di dalam
kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas
berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak
perlu ruku' dan
sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena
orang akan khusyuk
dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan API dan
sesajen asap
tuhan-tuhan ini

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala
ini.

"Menyembah selain Tuhan rasanya gak kepikiran sama sekali. Benarkah? Ternyata mungkin kita sering melakukannya. Contoh, lagi meeting, gak berani izin untuk sholat. Mau berjilbab, dilarang suami. Ternyata kita lebih takut pada Boss daripada sama Tuhan.
Puisi Taufik Ismail ini dengan keras mengingatkan orang2 yang menuhankan rokok. Jelas rokok itu menzalimi diri sendiri dan orang lain, tapi masih juga hanya diharamkan di tempat umum..."


(Copy Paste dari Sunisa, Billy Antoro)

Materi kuliah wisata hati tauhid ke-2 oleh Yusuf Mansur

Laa ilaaha illallaah

Yang kita perlukan di kehidupan ini adalah tauhid, iman dan amal saleh.
Ingin rasanya saya gemakan terus kalimat tauhid ini di hati ini. Saya jaga jangan sampai ia lepas. Bahwa LAA ILAAHA ILLALLAAH, tidak ada Tuhan selain Allah. Termasuk di urusan rizki. Tidak ada pemberi rizki kecuali Allah. Tidak ada rizki selain dari Allah. Tidak ada cara mencari rizki kecuali caranya Allah. Tidak ada tuhan selain Allah pokoknya.

Saya mau meyakini Kalimat Tauhid ini, supaya enteng hidup saya, tidak kelelahan di dalam mencari dan menikmati dunia, dan menjadikan Allah sebagai Sentral Kehidupan saya.
Tidak mudah. Karenanya saya mau bersungguh-sungguh dan berdoa. Memohon taufiq dan hidayah-Nya.

Saya melihat tidak sedikit manusia yang kelelahan mencari dunia. Sebab yang ia cari memang dunia. Tiada ia tempuh jalan-jalan ibadah yang mengantarkannya kepada Pemilik Dunia. Saya tidak mau menjadi bahagian dari orang-orang yang kelelahan itu. Saya ingin kemudahan.

Saya melihat manusia-manusia yang berat hidupnya dengan beban hidupnya. Sebab ia tidak men-share bebannya itu kepada Allah. Padahal DIA lah Yang Maha Meringankan.
Saya melihat ada yang menangis padahal Allah Maha Membahagiakan; Ada yang hidupnya sulit, padahal Allah Maha Memudahkan; Ada yang bermasalah, padahal Allah Maha Menolong; Ada yang miskin dan menderita, padahal Allah bisa menciptakan kekayaan di hati yang tidak perlu kaya secara dunia; Ada yang kaya, tapi tidak memiliki keluarga. Keluarganya adalah bisnisnya. Keluarganya adalah pekerjaannya. Tawa canda anak-anaknya milik pembantu-pembantu dan supirnya, lantaran ia jarang berkumpul sama anak-anaknya. Pasangan hidupnya juga adalah kesibukannya.

Subhaanallaah, izinkanlah kami-kami menjadi orang kaya yang hidupnya senang ya Allah. Senang dunia akhirat. Bahagia dunia akhirat.

Saya melihat ada yang keluarganya berantakan, sementara ia enjoy dengan hal itu, lalu ia katakan kepada dunia dia mau membentuk keluarga baru yang lebih harmoni; Ada yang hidupnya pindah berpindah, dari kesenangan yang satu ke kesenangan yang lain, hingga jiwanya sendiri lelah mengikutinya. Wajahnya ceria, tapi jiwanya rapuh; Ada manusia yang segalanya ada, tapi penghuni langit tiada mencintainya dan tiada menghargainya. Yang bisa menghormatinya, yang bisa memuliakannya, adalah manusia-manusia yang tiada pernah tahu siapa dia sebenarnya. Dia merasa dunia digenggamnya. Padahal dunia sedang menghinakannya; Ada yang mengenal semua tempat-tempat indah, dan berkeliling dunia. Tapi hatinya, pikirannya, badannya, tiada pernah dibawa menikmati shalat-shalat malam, bahkan keheningan berduaan dengan Pemilik Surga di dalam shalat pun tiada dia kenal; Ada pekerja-pekerja yang mengabdikan hidupnya untuk kerja dan usaha, sehingga sesungguhnya dirinya pun tiada kebagian jam istirahat dan bersenang-senang bahkan.
Saya melihat tidak sedikit manusia yang justru malah mudah mencari dunia. Tapi ia kekeringan. Ada selalu yang diambil sebagai tebusan dari mudahnya ia mendapatkan dunia. Itu saya lihat terjadi sebab kemudahan itu ia dapatkan bukan dengan mentaati Allah, Tuhannya. Sehingga ia tidak sadar bahwa Allah justru mengazabnya dengan dunia-Nya.

Saya mengingat analogi maen CATUR yang sering saya sampaikan kepada para pendengar tausiyah saya, yang sesungguhnya saya sedang memperdengarkannya pada diri saya sendiri. Kalau kita maen catur BERDUA, maka berlaku aturan permainan catur. Dimana kuda jalannya L. Peluncur jalannya miring. Pion hanya bisa jalan maju tidak bisa mundur, dan paling banyak hanya bisa jalan dua kotak catur lurus ke depan. Adapun Raja, bila di depannya, seluruh Pion belum dijalankan, dan Peluncur serta Menterinya masih ada di kanan kirinya, maka Raja hanya bisa diam. Tidak boleh ia melompati Raja. Itulah ATURAN CATUR. Tapi itu kalau maen BERDUA. Bagaimana kalau maen catur SENDIRIAN? Kalau maen catur sendirian, ya bebaslah maennya. Tidak berlaku hukum permainan catur. Kita boleh menjalankan Kuda selagu-lagunya. Mau lurus, mau muter-muter, mau lompat, bebas. Peluncur pun mau kita buat jalannya melompat-lompat seperti maen halma, boleh. Bagi Raja, meskipun seluruh pion belum dijalankan, ia pun boleh melompat dan bebas bergerak ke sana kemari. Inilah yang terjadi kalau kita maen catur SENDIRIAN.
Dan bila analogi catur ini boleh dibawa ke urusan tamsil tauhid, maka perlu kita ketahui Allah itu tidak ada sekutu bagi-Nya. Ibarat main catur, ALLAH MAEN SENDIRIAN DI DUNIA INI. TIDAK ADA YANG LAIN.

Kemudahan ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi kemudahan kecuali Allah. Kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, ada di tangan Allah. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang bisa memberi itu semua kecuali Allah. Sama dengan maksudnya itu kalimat; Tidak ada yang bisa memberikan ragam kesulitan kecuali Allah yang hingga Dia lah yang bisa melepaskannya kembali. Kehendak itu kehendaknya Allah. Maka saya kepengen Allah berkehendak memudahkan segala urusan saya. Tapi bila saya menghendaki Allah memberikan kemudahan buat saya, sudah seharusnya saya menjadi hamba-Nya yang mau mengikuti segala aturan-Nya, dan siap untuk melaksanakan kewajiban dan meninggalkan larangan-Nya. Saya tidak menjamin diri saya sendiri, bahwa ia akan mendapatkan segala kemudahan apabila Allah tidak saya ikuti. Rasul pun demikian. Ia tidak sanggup menjamin dirinya dan anak keturunannya masuk surga bila tiada ketaatan dan amal salih.

Bila Allah sudah mengatur, maka Kun Fayakuun-Nya yang terjadi. Kuasa-Nya yang terjadi. Karena Dia lah Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang mengatur dunia ini kecuali Allah. Saya sangat sangat bersedia untuk diatur. Sebab saya tahu dan meyakini, dengan sabab ilmu yang diteteskan-Nya pada saya, melalui pengajaran para guru, para orang tua, lewat berbagai media, bahwa kalau Allah sudah mengatur, maka aturan-Nya itulah yang terbaik. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada aturan yang terbaik kecuali apa-apa yang sudah Allah aturkan.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada Tuhan selain Allah. Tidak ada pemain di dunia ini, kecuali Allah, yang memainkan seluruh peraturan, sebab peraturan adalah peraturan-Nya, dan segala kuasa adalah Kuasa-Nya.
Dengan berpikiran seperti ini, yang harus saya lakukan adalah menyadari semua itu, pasrah berserah diri untuk ikut di dalam aturan-Nya dan mengikuti-nya sepenuh hati dengan kekuatan penuh. Tidak setengah-setengah.
Laa ilaaha illallaah. Tidak ada kehidupan kecuali untuk-Nya.
Saya melihat, kegagalan para pencari dunia, baik di tahapan mencari dunia, atau di tahapan menikmati dan mengelola dunia, adalah aktifitasnya tidak dia lakukan karena Allah dan untuk Allah. Andai dia punya visi misi li i’laa-i kalimaatillaah, untuk meninggikan kalimat Allah, maka tidak ada pernah kegagalan baginya…
***
Sampe sini, SAYA MEMBACA ULANG TULISAN INI. Tulisan yang dijadikan esai-esai Kuliah Tauhid di KuliahOnline Wisatahati.
Ya, saya membaca ulang apa yang saya tulis. Dari atas, sampai bait ini.
SAYA TIDAK PERCAYA YANG SAYA TULIS. Benarkah yang saya tulis ini? Sehebat itukah tauhid saya? Tambah ga percaya lagi, bahwa saya sedang mengajar lewat esai ini, Kuliah Tauhid kepada seluruh peserta KuliahOnline.

Adduh, andai benar, saya benar-benar memohon Allah menjadikannya menjadi bait-bait doa agar apa yang tertulis menjadi kenyataan. Allah bimbing saya untuk mencari dunia dengan baik, dan memanfaatkannya dengan baik untuk kepentingan agama-Nya, dan hanya di jalan-Nya. Allah bimbing saya untuk senantiasa mensyukuri segala nikmat, dan meyakini bahwa Laa ilaaha illallaah, tidak ada sesuatu yang harus dikejar kecuali diri-Nya semata. Yang dengan demikian tidak seharusnya pencarian dunia, berhenti di sebatas mencari dunia itu saja. Terus dikonsentrasikan di pembesaran asma-Nya, di perbesaran manfaatnya.
SAYA MELIHAT DIRI SAYA. Ya, saya melihat saya! Saya masuk ke kehidupan saya… Dan saya menemukan diri ini masih jauh dari tulisan di atas. Teramat jauh. Jauuuuuuuuuuhhhh…

Duh, apa sanggup saya menuliskannya lagi bait-bait yang masih menari di hati ini?
Saya ingin berteriak kepada diri saya, tunjukkan kalau Anda benar!
Lagi. Saya melihat diri saya lagi. Wuh, benar! Jauh. Lihat saja. Allah memanggil saya. Memanggil dengan azan. Lihat, saya tidak bergeming. Apakah ini yang disebut Laa ilaaha illallaah? Tidak ada urusan --harusnya-- kecuali urusan-Nya Allah yang harus lebih kita urus? Nyatanya, saya masih menomorduakan panggilan Allah.
Saya tahu Allah bakal datang. Sebab waktu shalat betul-betul sebentar lagi datang. Tapi saya malah masih nulis, bukan siap-siap menyambut kedatangan-Nya. Dan tidak pagi tidak siang tidak malam, di setiap waktu shalat, saya tahu jadwal shalat. Lalu, bukannya malah menunggu kedatangan Allah, malah jadi Allah yang menunggu saya!

Duh duh duh, lebih pantas rasanya saya menangisi diri ini.
Wahai Kamu! (Begitu saya seharusnya menunjuk hidung saya sendiri dengan jari). Kalau Kamu benar tauhidnya, perlakukan Allah dengan benar. Perhatikan DIA. Tegakkan tauhid dalam kehidupan Kamu! Jangan ada yang laen di hati Kamu, kecuali Allah. Jika ada urusan dunia, lalu Allah datang memanggil, ya segera tinggal saja. Tidak ada yang lebih penting di dunia ini kecuali menegakkan shalat. Maka bahagian menanti berkumandangnya azan adalah hal yang mestinya menjadi hal yang luar biasa.
Saya ingin berteriak kepada diri saya, buktikan kalau Anda benar! Benar tauhidnya. Benar sudah mengatakan Laa ilaaha illallaah. Nyatanya? Belum tuh.
Loh loh loh… Ntar dulu...

Sebenarnya, sedang dialog sendirian, nengajar… Atau sedang menulis sih?
Maaf wahai tanganku, saya sedang berdialog dengan diri sendiri.
Biarkan.
Biarkan ia terus menulis sekenanya.
Sesukanya.

Ya. Saya melihat saya. Jauh benar dari menjadikan Allah sebagai tujuan hidup. Ketika mencari dunia, mau bersusah payah. Tapi giliran beribadah, gampang benar teriak lelah. Shalat sunnah tidak dipaksakan untuk ditegakkan. Shalat berjamaah tidak dipaksakan untuk dikejar di shaf yang pertama. Kehadiran diri tidak digunakan untuk kepentingan sesama. Setidaknya belum dimaksimalkan potensinya untuk ditujukan pada sebesar-besarnya kepentingan sesama, dan agama. Keluarga masih terabaikan.
Kurangnya… banyak.
Itulah. Saya melihat saya.

Tapi, Laa ilaaha illallaah.
Tidak ada yang mengajarkan ilmu dan memberikan kesempurnaan langkah kecuali Allah. Maka saya menghibur diri ini, Laa ilaaha illallaah. Biarlah Allah membimbing saya terus, sehingga bisa menjadi hamba-Nya yang sesuai dengan apa yang digariskan-Nya.
Ah dunia. Saya tulis buku ini agar saya tidak susah mencari kamu wahai dunia. Tapi saya ingatkan juga diri saya, bahwa kamu itu tidak penting. Laa ilaaha illallaah. Tidak ada yang lebih penting kecuali Allah.

Saya tulis buku ini, sebab kasihan melihat diri saya yang sering kesusahan mencari dunia untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan diri. Tapi betapapun, saya hidup di dunia ini. Rasul pun mengajarkan doa agar kita memohon kepada Allah agar Allah membaguskan dunia kita sebab di sini kita hidup. SAYA BERTUHAN ALLAH. MENGAPA setelah tuhan saya adalah Allah, dan Allah adalah pemilik segala apa yang ada di dunia ini, LALU HIDUP SAYA TETAP SUSAH? Atau merasa susah? Itu tandanya saya belum benar-benar bertuhan Allah. Itu saja.

Eh saya, ayo maju terus! Sempurnakan terus ilmu dan ikhtiarmu. Jangan lupa terus memohon bimbingan dari Allah.
Udah mau shubuh tuh. Ayo mandi. Siap-siap menuju masjid. Katakan kepada dunia, bahwa kamu mau shalat shubuhan dulu. Kalau shalat shubuh sudah tidak disiplin, jangan harap ini menjadi awal hari yang baik, untuk dunia kamu, untuk urusan permasalahan kamu, untuk segala hajat kamu…
Loh, koq masih nulis terus? Katanya mau Shubuhan?
Iya iya. Saya akan segera berhenti mengetik, dan men-shut-down komputer ini. Makasih yaaa.
---------
Salam. Yusuf Mansur. Kampung Ketapang, Senin 27 Agustus 2007, pukul 04.38 WIB. (tulisan ini “sudah berulang tahun”. Sebab ia sungguh saya tulis tahun lalu, 1hr lebih cepat dari saya meng-upload tulisan ini ke web www.wisatahati.com dan dijadikan esai KuliahOnline. Mudah-mudahan Allah subhaanahuu wata’aala benar-benar menjadikan kita sebagai orang-orang yang mengEsakan-Nya, bertauhid hanya pada-Nya).

Tuesday, January 26, 2010

Judul materi : Mukaddimah

Berikut ini saya kutipkan materi kuliah Tauhid ke-1 oleh Ustadz Yusuf Mansur

Bismillaahirrahmaanirrahiem, saya mulakan Kuliah Tauhid ini dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi-Nya, Allah, Tuhan semesta alam.
Salam hormat kepada semua Peserta KuliahOnline. Menyenangkan sekali bisa ketemu dengan Saudara-saudara semua, meski secara maya. Saya berdoa semoga segala fadhilah ilmu dan fadhilah majelis ilmu, tetap diberikan oleh Allah kepada kita, sebagaimana kalau kita duduk bertatap muka satu atap di satu majelis ilmu. Rasulullah bersabda, bahwasanya sesiapa yang duduk di dalam majelis ilmu, maka Allah akan mencatatkannya sebagai orang yang ikut berjihad di medan perang membela agamanya Allah. Dan sesiapa yang duduk di majelis ilmu, maka Allah juga akan memerintahkan malaikat-Nya turun. Malaikat ini akan mengepakkan sayapnya dan bercucuran rahmat kepada siapa yang ternaungi. Malaikat ini juga akan membanggakan mereka semua di hadapan Allah, seraya memohonkan ampun kepada Allah. Majelis ilmu adalah juga bahagian dari Majelis Zikir, majelisnya orang-orang yang belajar untuk mengenal dan mengingat Allah. Insya Allah segala fadhilahnya kelak kita akan pelajari lebih lanjut lagi. Saya hanya kepengen Saudara-saudara semua ikut mengamini doa saya, agar KuliahOnline ini menjadi Majelis Ilmu juga buat kita. Dan sejatinya, KuliahOnline ini adalah pengajian. Pengajian secara maya. Baarokawloohu lanaa, keberkahan semoga Allah berikan kepada kita, dan kepada siapa yang terlibat di dalam KuliahOnline ini.
Saya juga berdoa kepada Allah, agar waktu dan biaya yang Saudara-saudara keluarkan; biaya registrasinya, biaya pemakaian listrik dan internetnya, biaya investasi perangkat kerasnya, dan biaya-biaya lainnya, dijadikan sebagai sedekah sebagaimana patutnya Allah menganggap sedekah bagi siapa yang mengeluarkan biaya dalam menuntut ilmu dan haji umrah. Dia-lah Yang Maha Syakuur, Maha Membalas, Maha Menghargai. Di mana kita sama tahu, bahwa setiap sedekah akan mendapatkan balasan yang luar biasanya dari Allah subhaanahu wata’ala.
Dalam pada itu, saya menggarisbawahi kepada semua peserta KuliahOnline. Sesiapa yang mendapatkan ilmu, pengalaman, pencerahan, spirit, motivasi dari sesi-sesi KuliahOnline ini, mudah-mudahan berkenan membagi lagi kepada yang lain. Agar bertambah-tambah pahala kebaikan kita bersama. Adapun registrasi yang muncul akibat KuliahOnline ini, mudah-mudahan ada keridhaan dari Saudara-saudara semua sebagai sarana buat saya dan yang terlibat di KuliahOnline ini mencari rizki yang halal dan sebagai dana untuk operasional penyelenggaraan dan pengembangan KuliahOnline ini. Tapi sesiapa yang tiada kemampuan untuk melakukan registrasi, atau ada hambatan-hambatan teknologi, fisik dan keilmuan, maka kepada merekalah kita berbagi ilmu yang sudah didapat ini. Sungguh, kita sama-sama berjuang agar keridhaan Allah betul-betul kita dapatkan. Saudara ridha terhadap kami, dan kami ridha terhadap Saudara.
***
Dengan memuji kepada Allah, saya beristighfar kepada Allah. Beragam nikmat, Allah berikan, sementara saya rasa ibadah tiada bertambah. Bahkan barangkali kalaulah tidak ada Kasih Sayang-Nya, tidak ada Rahman dan Rahim-Nya, niscaya tidak akan pernah berimbang antara dosa dengan kebaikan. Selalu akan lebih banyak dosa ketimbang kebaikan. Kesibukan dunia yang pada akhirnya seringkali menyebabkan manusia menjadi jatuh ke dalam kesusahan, tidak menjadi pelajaran buat yang lain. Atau bahkan sering tidak menjadi pelajaran bagi dirinya sendiri. Bukan kesibukannya itu sebenarnya yang menjadi masalah, melainkan karena kesibukan itu sudah melalaikannya dari mengingat Allah. Andai kesibukan mencari dunia tidak melalaikan diri kita dari Allah, maka niscaya hidup ini akan seimbang dunia dan akhirat. Mencari dunia adalah perintah Allah juga. Dan setiap perintah Allah yang dikerjakan, maka ia menjadi ibadah. Allah hanya meminta kita, jangan sampai kita lalai dari mengingat-Nya. Untuk itulah saya ingatkan diri ini dan diri yang bisa diingatkan dengan pembelajaran tauhid yang saya tulis. Agar kita bisa mementingkan Allah dari siapapun dan dari apapun.
Dan Kuliah tauhid ini saya sampaikan juga sebagai pengingat bagi diri saya dan bagi mereka yang mau mengingat akan kelalaiannya beribadah sebagai tujuan diciptakannya manusia; Untuk beribadah kepada Allah.
Kuliah Tauhid saya rangkai seraya memohon izin dan ridha-Nya.
Saudara-saudaraku peserta KuliahOnline… Di antara biang keladi iman sering runtuh, sebab tidak sedikit manusia yang takut bahwa ia akan tidak memiliki rizki… Tidak bisa menyelesaikan masalah… Tidak bisa memenuhi keinginan-keinginan dunianya… Tidak akan bisa senang hidup di dunia jika rajin beribadah dan taat kepada Allah… Sedang Allah Maha Segala, Maha Kuasa, Maha Besar. Dunia mengalahkan dirinya dari Allah. Atau malah karena tidak mengenali apa itu hakikat kebahagiaan, hakikat kesenangan, dan atau lebih jauhnya hakikat hidup itu sendiri, yang kemudian menyebabkan iman menjadi tidak muncul cahyanya di kehidupannya. Atau, malah tidak mengenal Allah? Untuk itulah perlu kiranya belajar tentang tauhid. Penyebab lain iman sering runtuh, adalah ketiadaan ilmu. Dan ilmu segala ilmu adalah ilmu tauhid.
Belajar tentang tauhid adalah belajar tentang Allah, dan itu juga berarti belajar untuk kehidupan dan kematian. Kita hidup berasal dari Allah, dan pun kita akan mati untuk kembali kepada Allah Yang Maha Hidup.
Pengetahuan bahwa manusia yang hidup akan mati, dan yang mati akan dibangkitkan kembali untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuatnya, juga mendorong saya menulis esai demi esai Kuliah Tauhid ini. Alangkah mengerikannya jika kemudian kita betul-betul dilalaikan oleh dunia, dan lebih mengerikan lagi jika kemudian hidup kita sendiri menjadi jauh dari Allah, dekat dengan perilaku-perilaku syetan, lalu mati. Entahlah, tidak terbayang betapa sia-sianya hidup seperti ini.
Semula Kuliah Tauhid ini digunakan sebagai perenungan bagi diri sendiri, dan kemudian dibawa kepada sesiapa yang berkenan diajak untuk sama-sama belajar tentang Allah dan kehidupan ini. Rasanya saya seperti sedang berdiri sebagai orang yang tauhidnya sudah benar saja ya? Padahal masih jauh. Saya niatkan sama-sama belajar dengan Saudara-saudara semua. Hati ini gelisah dengan kurangnya ibadah, mudahnya maksiat, bahkan maksiat di tengah ibadah; ketika berdakwah, ketika menulis, ketika shalat, ketika zikir, ketika baca al Qur’an. Saya mengerti, jawaban semuanya adalah tauhid, untuk menghidupkan iman dan membuahkan amal yang terang benderang. Semakin manusia bertauhid, semakin ia aman dan nyaman. Pun semakin ia bahagia dan tenang. Sebab ia semakin mengenal dan semakin dekat dengan Allah.
Belum lagi persoalan-persoalan kehidupan manusia dan hajatnya yang banyak yang tiada ada pernah habisnya. Dua hal ini; persoalan hidup dan hajat hidup, manusia sebenarnya membutuhkan Allah Yang Maha Tahu tentang dua hal ini. Namun ilmu tauhid sudah sedikit sekali dipelajari orang lantaran beratnya. Akhirnya manusia tidak mengenal Allah, Tuhannya.
Perlu saya ketahui dan perlu lebih lagi diketahui oleh Saudara-saudara semua. Di tangan Allah; menaikkan gaji orang-orang yang tiada cukup gajinya, melunasi hutangnya, menghadiahkan pekerjaan dan permodalan usaha, menyembuhkan penyakit seseorang, dan menyelesaikan semua problem kehidupan manusia, adalah jauh-jauh lebih ringan daripada DIA memberi rizki kepada semua makhluk di bumi. Allah sediakan jalan shalat dhuha, sedekah, tahajjud misalnya, sudah akan membuat manusia enteng dengan persoalan hidup dan hajatnya. Tapi itulah, bagaimana mau mengenal Allah, kalau kemudian tiada mengenal seruan-Nya, petunjuk-Nya, bimbingan-Nya? Dan karena tidak mengenal jalan-jalan ini, manusia lalu menempuh jalan-jalannya sendiri yang lama dan berat. Lalu mereka mengatakan, “Inilah hidup”. “Perjuangan”, begitu katanya. Orang-orang ini tidak tahu bahwa Allah memberi keringanan, sebab DIA Yang Maha Tahu tentang bagaimana alam ciptaannya bekerja. Tapi sayang, manusia memilih jalan yang berat. Mengapa? Sekali lagi saya insyafkan diri saya, ini sebab tiada ada ilmu tauhid.
Ketika manusia dihadapkan pada sejuta persoalan hidup yang lain, ia berputus asa dari rahmat Allah. Seakan pertolongan Allah itu jauuuuuuh, tidak mungkin ia gapai. Bagaimana mungkin seseorang sudah mah ia jauh dari Allah, lalu memberi-Nya persangkaan buruk yang demikian kepada Allah? Itu juga terjadi karena ia tidak mengenal Allah. Kasih Sayang Allah begitu besar. Jauh lebih besar melampaui dosa siapapun dan jauh lebih besar dari dosa siapapun. Pertolongan-Nya pun demikian mudah didapat. Allah hanya meminta hanya ada DIA di hati kita, di pikiran kita, di kehidupan kita. Jangan ada yang lain. Lalu ruku’, sujud, dan berdoa pada-Nya, seraya memperbaiki diri dari sisi iman, ibadah, dan amal saleh, niscaya kehidupan akan terang benderang.
***
Saudara-saudaraku, saya mengingat secuplik episode ketika saya bermasalah. Satu saat saya menangis di hadapan seorang ‘alim. Lalu dia memegang dada saya. Dia bertanya, “Apa sesungguhnya yang Kamu butuhkan?”. Saya terdiam. Sentuhan tangannya di dada saya, adalah kelembutan yang menghunjam hingga di lubuk hati saya yang paling dalam. Ada kesejukan yang mengalir. Katanya, “Yang Kamu butuhkan hanya Allah. Iman. Tauhid. Bukan duit. Bukan solusi. Bukan yang lainnya. Hanya Allah”.
Saat itu saya menangis. Ingin rasanya segera saya berlari ke tempat wudhu, dan secepatnya menggelar sajadah dan menangis. Dan saya lakukan itu.
Tauhid! Itulah jawaban buat saya. Tauhid, mengeesakan Allah, menjadikan Allah segalanya, itulah jawaban buat saya dan buat semua orang yang berdada sesak. Dan itulah juga jawaban buat orang yang belum sesak dadanya supaya menjadi modal ketika kesesakan bersemayam di dadanya.

Di kali pertama kita memulai belajar sesuatu yang berat ini, kita bershalawat kepada Rasulullah shalla ‘alaih. Allah menjanjikan sesiapa yang bershalawat satu kali padanya, maka Allah bershalawat 10x kepadanya. Dan tiadalah cinta kepada Allah dihitung cinta, hingga kita mencintai Allah. Ta’at kepada Allah tiada dihitung ta’at apabila kita tiada ta’at kepada Rasulullah.
Mari kita hadiahkan shalawat dan salam, sebagai doa, kepada orang yang paling kita rindukan, Nabiyallah Muhammad shalla ‘alaih, agar diri kita dan segenap orang-orang yang ada di hati kita, juga para jamaah yang lain yang belum mengetahui adanya KuliahOnline ini, ada di barisannya Nabi ketika semua manusia dikumpulkan di Padang Makhsyar. Dan agar kita semua duduk satu surga dan bisa mencium wanginya; Man ahyaa sunnatii faqod ahabbanii, wa man ahabbanii kaana ma’ii filjannah, siapa yang menghidupkan sunnahku, maka sungguh dia telah mencintai diriku. Dan barangsiapa yang mencintai diriku, maka dia akan bersamaku di surga.
Sungguh, Rasulullah yang setiap hari saya paksakan bershalawat kepadanya minimal 100 kali sehari semalam, betul-betul memotivasi diri saya, agar diri ini masuk kepada golongan orang-orang yang mencintai sunnahnya, terbiasa hidup dengan sunnah-sunnah Rasulullah, dan menjadi orang yang sayang apabila begitu gampang meninggalkan sunnahnya. Itu tiada lain, agar Allah -- yang t’lah berkata bahwa tiadalah lengkap kalimat tauhid, kalimat “Laa-ilaaha illallaah”, tanpa “Muhammadar rasuulullaah”, tanpa kesaksian bahwa Muhammad itu adalah Rasul-Nya – memasukkan diri ini ke dalam golongan orang-orang yang mencintai-Nya. Qul, katakanlah, in kuntum tuhibbuunallaah fattabi’uunii yuhbibkumullaah, jika kalian mencintai Allah, maka ikutilah aku (Rasuulullaah), niscaya kalian akan dicintai Allah.
Mengenal Allah, mengenal Rasulullah. Mencintai Allah, dan mencintai Rasulullah. Mengikuti Allah, dan mengikuti Rasulullah. Ta’at kepada Allah, dan ta’at kepada Rasulullah, itulah yang mau saya tuju ketika saya tulis materi demi materi perkuliahan ini. Inilah tauhid. dan inilah ruh semua ruh seluruh KuliahOnline kita. Apapun modul yang dipilih oleh masing-masing peserta. Besar harapan saya, agar kalimat tauhid betul-betul dicatat Allah pernah kita ucapkan; Man qoola laa-ilaah illallaah, dakholal jannah, siapa yang mengucapkan Laa-ilaaha illallaah, maka dia dijamin masuk surga. Dan besar pula harapan ini, agar kita-kita semua ini beserta keluarga kita, bisa benar-benar bersungguh-sungguh mengenal diri-Nya, mengenal rasul-Nya, dan kemudian berkenan menjadi hamba-Nya, menjadi penyembah-Nya.
Tiada yang saya takutkan kecuali diri ini mati dalam keadaan tidak bisa mengatakan Laa-ilaaha illallaah wa-asyhadu anna Muhammadar rasuulullaah. Dan mestinya ini jugalah yang Saudara-saudara semua takutkan. Bukan hutang yang belum terbayar, bukan piutang yang belum tertagih, bukan penyakit yang belum sembuh, bukan pekerjaan dan modal usaha yang belum kita dapatkan, bukan rumah yang belum bisa kita beli, bukan dunia yang selama ini menjadi sumber petaka dan masalah kita. Bukan. Melainkan betul-betul yang kita takutkan adalah kalau kita meninggal dunia dalam keadaan kita tidak bisa mengucapkan kalimat tauhid.
Maka mari kita belajar sepenuh hati, dan saling mengingatkan.

Tentu saja tidak ada yang bisa mengajarkan sebaik Allah yang mengajarkan. Dan tidak ada satu pun ilmu yang kita dapat kecuali Allah yang mengizinkannya menjadi ilmu buat kita. Saya berharap, kuliah tauhid ini bisa menyelamatkan diri kita semua dari kehancuran yang lebih besar, dengan kita mengenal-Nya, dan segera memulai saja perjalanan tauhid dari mengenal-Nya.
Apa yang saya maksud dengan kehancuran yang lebih besar? Yaitu ketika kematian datang, kita tidak siap. Belum diampuni Allah, belum dapat ridha-Nya, belum dapat maaf-Nya. Buat apa kaya dunia, jika kemudian neraka terhidang untuk kita, abadan abadaa. Selama-lamanya.
Semoga cara saya memperkenalkan Allah kepada diri saya, bisa menjadi satu pembelajaran tauhid yang diridhai Allah subhaanahuu wata’ala. Tidak ada yang aneh dari pembelajaran tauhid yang akan saya sampaikan. Semuanya insya Allah perjalanan hidup yang begitu saja. Kanan kiri Anda yang mengikuti pembelajaran ini, banyak yang lebih ‘alim, lebih banyak makan asam garam, lebih soleh, maka mintalah juga nasihat dari mereka. Boleh jadi apa yang saya sampaikan adalah sebuah kesalahan. Namun apa yang saya tempuh, dari sedikit cara yang saya ketahui ini, sudahlah cukup membuat saya bangga, bahwa Allah Memang Tuhan saya. Dia begitu baik, dan sangat-sangat baik. Saya mengenal banyak orang kaya, dan berkuasa. Tapi siapa yang saya bisa mintakan kekayaan dan pembagian kekuasaan? Hanya DIA yang berkenan diminta, tanpa batas, dan diberi! Saya nukilkan sedikit pengalaman-pengalaman mereka yang berkenalan dengan Allah, lalu saya membagi-baginya menjadi satu dua kisah hikmah. Biarlah Allah yang mengetahui rahasia kebenaran-Nya. Sebab kepada-Nya juga berpulang semua kebenaran.
Kemuliaan mudah-mudahan Allah hadiahkan juga buat mereka-mereka yang kita kasihi; orang tua kita, keluarga kita, sahabat-sahabat kita, para orang yang sudah mendoakan dan menjadi bahagian dari amal saleh, dan buat orang-orang yang mulai mengikuti perkuliahan tauhid ini. Agar Allah angkat derajat kita semua, menyingkirkan semua duka, penderitaan, memberi jawaban semua persoalan hidup. Dan yang lebih penting lagi, sesuai tujuan perkuliahan ini, agar di diri kita semua, tumbuh tauhid, iman, dan mewafatkan kita semua dalam kebaikan untuk segera bisa menemui Allah dalam keadaan yang diridha-Nya.

Setelah ini, saya dan Anda semua akan sama-sama belajar tentang maa huwattauhiid? Apa itu tauhid? Saya katakan sama-sama belajar, sebab sebagaimana saya katakan di atas, memang saya pun masih terus belajar, dan akan terus belajar.
Kelak kita akan undang para ahli, para ‘alim ‘ulama di bidang ini, untuk duduk bersama dan mengajarkan kepada kita semua tentang ilmu tauhid.
Subhaanallaah! Betapa menyenangkan hati kegiatan belajar dan mengajar tauhid ini. Saya undang hampir semua kelompok manusia, lewat pintu KuliahOnline yang beragam sesuai dengan kebutuhannya dan keinginannya. Ada yang tidak bermasalah, tapi sekedar ingin belajar menambah wawasan. Ada pula yang memang bermasalah. Semuanya saya undang belajar di Kuliah Online.
Sementara itu, saya tutup dulu kanalnya materi-materi lain. Saya tutup dulu pintunya materi-materi lain. Agar ia tidak diakses dulu sebelum Kuliah Dasar Tauhid ini dipelajarinya. Kuliah Dasar Tauhid ini saya anggap sebagai ruh dari seluruh materi Kuliah Online; baik yang berupa tulisan, audio, visual, hingga ke seminar-seminar dari berbagai materi Kuliah Online. Mudah-mudahan Anda semua bisa berprasangka baik, dan ridha menerima pengajaran seperti ini.
Kuliah Dasar Tauhid ini sendiri, insya Allah, terdiri dari 41 esai pembelajaran tentang tauhid termasuk mukaddimah ini. Kalau mukaddimah ini dikeluarkan, maka jumlahnya 40 esai. Kuliah Tauhid ini bersifat harian. Baru setelah itu, Saudara-saudara bisa mengambil materi-materi kuliah lain. Baik Kuliah Dasar, Kuliah Pilihan, dan Kuliah Solusi Terapan Sedekah. Mudah-mudahan dengan kekuatan getaran hati menuju Allah, perkuliahan tauhid ini sudah cukup menemani hari-hari Anda. Anda yang butuh pencerahan dan pertolongan, yang karenanya Saudara memilih Kuliah Solusi Terapan, ga usah khawatir. Bersabarlah mengikuti Kuliah Tauhid ini. Niscaya ia bisa juga menjadi jawaban buat Saudara, bahkan sebelum Saudara mengikuti Kuliah Solusi Terapan Sedekah.
Maafkan segala kesalahan saya dan kawan-kawan pengelola perkuliahan online ini ya, apabila ditemukan banyak kejanggalan. Terima kasih atas kepercayaan Anda semua kepada kami. Kritik dan saran teramat sangat saya tunggu. Jazaakallaah.
Dalam pada itu, saya mengingatkan yang memulai belajar Kuliah Tauhid ini, untuk sama-sama memulai memperbaiki ibadah kita sebagai awal implementasi Kuliah Tauhid ini. Yang belum shalat, shalatlah. Yang sudah shalat, tapi masih sendiri, berjamaahlah (kecuali perempuan). Yang masih shalat di rumah, berusahalah untuk shalat di masjid. Yang sudah shalat wajib, sempurnakanlah dengan qabliyah ba’diyah. Insya Allah saya akan menemani hari-hari Saudara semua dengan perkuliahan yang kita berdoa mudah-mudahan diridhai Allah. Amin.
Dan bukanlah satu kebetulan, kita semua memulai perjalanan belajar KuliahOnline ini ketika Sya’ban sudah akan berakhir dan berganti dengan Ramadhan. Bulan yang semua amal dilipatgandakan, penuh keberkahan, penuh ampunan, penuh dengan keridhaan Allah. Mudah-mudahan (KuliahOnline ini dimulai perdananya tanggal 25 Agustus 2008, Web Admin).
Selamat mengikuti perkuliahan, mudah-mudahan Allah membimbing kita semua. Amin.

Yaa Allah, izinkan kami mengenal-Mu, dan perkenalkan diri-Mu kepada kami. Duhai Allah yang tiada bisa mengajarkan sesuatu, kecuali Engkau yang mengizinkan dan mengajarkan. Ajarkan kami ilmu-ilmu yang bisa membuat kami menjadi selamat dunia dan akhirat. Kenalkan kami kepada keagungan-Mu, agar tiada sombong kami hidup di dunia ini. Kenalkan kami kepada Kasih Sayang-Mu, agar kami tahu bahwa kami hidup tidak sendiri. Apapun kesusahan kami, kesulitan kami, kami tahu bahwa Engkau Maha Mendengar, Engkau Maha Menolong, Engkau Maha Kuasa, sehingga tiadalah kesulitan itu menjadi bahagian dari kehidupan orang-orang yang mengenal-Mu.
Rabb, kenalkan kami kepada diri-Mu yang Maha Membebaskan manusia dari permasalahannya. Sehingga enteng hidup mereka yang mengenal-Mu. Kenalkan kami kepada Engkau Yang Maha Menjawab Semua Doa. Kenalkan kami kepada Zat yang tidak sanggup melihat kami menderita dan menanggung dosa.
Kenalkan kami ya Allah. Kenalkan kami pada diri-Mu. Engkau yang berkata dalam kalam-Mu; kuntu kanzan makhfiyyan, sungguh dulu Aku adalah permata yang tersembunyi. Fa-uriidu an u’rofa, maka Aku ingin dikenal. Fa-kholaqtu kholqon liya’rifanii, kuciptakan makhluk untuk mengetahui Aku. Maka, yaa Allah, berilah kami ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang bisa membawa kami kepada diri-Mu, dan menambah kecintaan kami kepada Rasul-Mu. Ilmu yang bisa menyelamatkan kehidupan kami, yang bila tidak diberikan ilmu itu maka kami tidak mengenal-Mu.
Ya Allah, dengan penuh kerendahhatian dan penuh harap akan keselamatan yang abadi. Kenalkan kepada kami diri-Mu Yang Maha Melihat, Maha Mengawasi. Agar kami tahu bahwa setiap detik kehidupan kami senantiasa diperhatikan oleh-Mu. Wahai Zat Yang Teramat Teliti dalam mencatat, dengan Kemurahan Ampunan dan Maaf-Mu, izinkan kami bershalawat dulu kepada Rasul-Mu, memuji dengan pujian yang Engkau sandangkan pada diri-Mu, serta didahului dengan beristighfar yang sungguh-sungguh dari dalam hati kami, setelahnya kami memohon agar Engkau hapuskan seluruh catatan keburukan kami dan menggantinya dengan catatan ampunan, maaf dan ridha-Mu. Allaahumma sholli wa sallim wa baarik ‘alaa sayyyidinaa Muhammadin wa’ alaa aalihi washohbihi ajma’iin walhamdulillaahi robbil’aalamiin. Nastaghfirullaahal ‘adzhiem wa atuu-bu ilaih. Yaa Rahmaan, Yaa Rahiim, hari ini, saat ini, kami semua memohon ampun dari-Mu, dari kesalahan tidak mengenal-Mu, dari kesalahan melalaikan diri-Mu, juga dari kesalahan tidak mengikuti ajaran-Mu dan ajaran Rasul-Mu. Ampuni kami dari seluruh ragam keburukan dan kemaksiatan yang sepenuhnya Engkau genggam seluruh catatannya. Kami ingin kembali pada-Mu dalam keadaaan diri yang sudah terampuni.

"Untuk besok, tanggal 26 Agustus 2008, kita akan belajar tentang "Laa Ilaaha Illallaah" sebagai seri/esai Kuliah Tauhid kedua yang kita pelajari. Renungkan Dulu Esai Mukaddimah Kuliah ini, dan baca dengan memakai hati yang terbuka menerima ilmu.
Insya Allah besok lusa, 27 Agustus 2008, saya sertakan Materi Kuliah dalam bentuk Audio Tausiyah dan sedikit Higlight Video. Saya sertakan pula besok lusa Audio Qiraat al Qur'an Pengantar Shalat Shubuh yg bisa dipakai juga di masjid-masjid menjelang azan shalat Jum'at dan rekaman Murattal al Faatihah dan al Muzzammil suara saya.
Semoga bisa menemani perenungan terhadap Kuliah-kuliah Tauhid.
Setiap hari, Kuliah Tauhid bisa dinikmati mulai jam 9 pagi. Mohon doa agar lancar selalu dalam ridha-Nya".